BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Posisi
Islam Terhadap Agama-agama yang Datang Sebelumnya
Islam
adalah agama yang terakhir diantara sekalian agama besar di dunia yang semuanya
merupakan kekuatan raksasa yang menggerakkan revolusi dunia, dan mengubah nasib
sekalian bangsa. Selain itu, Islam bukan saja agama yang terakhir, melainkan
agama yang melingkupi segalanya dan mencakup sekalian agama yang datang
sebelumnya.
Mengenai
posisi Islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan
sebagai berikut, yakni:
Pertama, dapat dilihat dari ciri khas
agama Islam yang paling menonjol, yaitu bahwa Islam menyuruh para pemeluknya
agar beriman dan mempercayai bahwa agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan
dan diwahyukan oleh Allah Ta’ala. Salah satu rukun Iman ialah bahwa seseorang
harus beriman kepada sekalian Nabi yang di utus sebelum Nabi Muhammad SAW.
Di dalam
Al-Qur’an dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang
diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun Iman. Dalam surat Al-Baqarah
ayat 136 dijelaskan yang artinya: “Kami
beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kami dan apa yang
diturunkan kepada Ibrahim, Isnail, Ishaq, Ya’qub dan anak-cucunya serta apa
yang diberikan kepada Musa dan Isa serta apa yang diberikan kepada para Nabi
dari Tuhan mereka, dan kami tak membeda-bedakan salah satu di antara mereka.”
Berdasarkan ayat
tersebut terlihat jelas bahwa posisi Islam di antara agama-agama lainnya dari
sudut keyakinan adalah agama yang meyakini dan mempercayai agama yang di bawa
oleh para Rasul sebelumnya. Dengan demikian orang Islam bukan saja beriman
kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan beriman pula kepada semua Nabi.
Kedua,
posisi Islam di antara agama-agama di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas
agama Islam yang memberinya kedudukan istimewa di antara sekalian agama. Selain
menjadi agama yang terakhir, dan yang meliputi semuanya, Islam adalah
pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. Dalam Al-Qur’an dinyatakan dalam surat
Al-Maidah ayat 3 yang berbunyi “Pada hari
ini Aku sempurnakan untuk kamu agama kamu, dan Aku lengkapkan nikmat-Ku
kepadamu dan Aku pilihkan untuk kamu Islam sebagai agama.”
Sebagaimana
halnya bentuk-bentuk kesadaran yang lain, kesadaran beragama bagi manusia
sedikit demi sedikit dan berangsur-angsur dari abad ke abad mengalami kemajuan.
Demikian pula wahyu tentang Kebenaran agung yang diturunkan dari langit juga
mengalami kemajuan, dan ini mencapai titik kesempurnaan dalam Islam. Kebenaran
agung inilah yang diisyaratkan oleh Yesus dalam sabdanya: Banyak lagi perkara
yang aku hendak katakan kepadamu, tetapi sekarang ini tiada kamu dapat
menanggung dia. Akan tetapi Ia sudah datang, yaitu Roh Kebenaran, maka Ia pun
akan membawamu kepada segala kebenaran.[1]
Ketiga, posisi Islam diantara agama-agama lainnya dapat dilihat dari peran yang dimainkannya.
Dalam hubungan ini agama Islam memiliki tugas besar, yaitu:
1.
Mendatangkan
perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan di antara sekalian agama-agama
di dunia.[2]
2.
Menghimpun
segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya.[3]
3.
Memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh para penganut agama sebelumnya yang
kemudian dimasukkan kedalam agamanya itu.[4]
4.
Mengajarkan
kebenaran abadi yang sebelumnya tak pernah diajarkan, berhubung keadaan bangsa
atau umat pada waktu itu masih dalam taraf permulaan dari tingkat perkembangan
mereka, dan yang terakhir adalah memenuhi segala kebutuhan moral dan rohani
bagi umat manusia yang selal bergerak maju.[5]
Keempat,
posisi
Islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya unsur pembaruan
didalamnya,. Dengan datangnya Islam, agama memperoleh arti yang baru. Ada dua
hal mengenai hal ini, yaitu:
1.
Agama tak boleh
dianggap sebagai digma yang orang harus menerimanya, jika ia ingin selamat dari
siksaan yang kekal.
2.
Ruang lingkup
agama itu tak terbatas pada kehidupan akhirat saja melainkan juga mencakup kehidupan
dunia. Dengan kehidupan dunia yang baik, manusia dapat mencapai kesadaran akan
adanya kehidupan yang lebih tinggi.
Kelima,
posisi agama terhadap agama-agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang
dimiliki ajaran Islam, yaitu akomodatif
dan persuasif. Islam berupaya
mengakomodir ajaran-ajaran agama masa lalu dengan memberikan makna dan semangat
baru didalamnya. Dan Islam terhadap agama lainnya adalah bersikap persuasif,
yaitu dari satu segi Islam melihat adanya hal-hal yang tidak disetujui dan
harus dihilangkan, namun dari segi lain Islam mengupayakan agar proses
menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak menimbulkan gejolak sosial yang
merugikan. Proses tersebut dilakukan secara bertahap sambil menjelaskan makna
larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan intelektual mereka,
hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat.
Keenam, hubungan Islam
dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlak yang mulia yang
ada didalamnya. Contoh ajaran moral dalam agama yaitu ajaran tentang
pengendalian diri dari memperturutkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadinya
tindakan kejahatan. Ajaran tentang pengendalian diri dapat pula dijumpai dalam
ajaran Yahudi yang di bawa oleh Nabi Musa. Dalam agama Yahudi terdapat perintah
Tuhan yang meliputi :
1. Pengakuan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. Larangan
menyekutukan Tuhan dengan apa saja dan dimana saja
3. Larangan
menyebut nama Tuhan dengan kata-kata yang dapat menyia-nyiakan-Nya
4. Memuliakan
hari pemberhentian Tuhan dan menciptakan yaitu hari Sabbat
5. Menghormati
ayah dan ibu
6. Larangan
membunuh sesama manusia
7. Larangan
berbuat zina
8. Larangan
mencuri
9. Larangan
menjadi saksi palsu, dan
10. Menahan
dorongan hawa nafsu/keinginan untuk memiliki sesuatu yang bukan menjadi
miliknya.
Ajaran
tentang pengendalian hawa nafsu keduniaan (hedonisme) yang diikuti oleh
keharusan melakukan perbuatan yang baik bagi kemanusiaan dalam makhluk lainnya
dapat dijumpai pula dalam ajaran Islam yang bersumberkan pada Al-Qur’an dan
As-Sunnah.
Al-Qur’an
mengingatkan kepada penganutnya agar jangan memperturutkan hawa nafsu, karena
mereka yang mengikuti hawa nafsunya akan mudah terjerumus kedalam kehidupan
yang menyengsarakan. Allah Ta’ala berfirman dalam surat Al-An’am ayat 6 yang
berbunyi : “Katakanlah sesungguhnya aku
dilarang menyembah tuhan-tuhan yang kamu sembah selain Allah. Katakanlah : ‘Aku
tidak akan mengikuti hawa nafsumu, sungguh tersesatlah aku jika berbuat
demikian dan tidaklah pula termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ajaran
sepuluh firman Tuhan sebagaimana yang terdapat dalam agama Yahudi yang di bawa
oleh Nabi Musa juga dapat dijumpai dalam ajaran Islam sebagaimana termuat dalam
surat Al-Isra’ (17) ayat 23-37, yaitu :
1.
Diperintahkan
agar beribadah hanya kepada Allah semata.
2.
Diperintahkan
agar menghormati kedua orangtua dengan cara mengasihaninya pada saat kedua
orangtua tersebut sudah lanjut usia, merendahkan hati, tidak mengeluarkan kata-kata yang
menyakitinya melainkan dengan ucapan yang mulia dan menyenangkan, serta
senantiasa memanjatkan doa untuk keduanya.
3.
Memberikan
bantuan kepada karib-kerabat, orang miskin dan ibnu sabil.
4.
Dilarang
menghambur-hamburkan harta benda tanpa tujuan (mubadzir).
5.
Dilarang
bersikap bakhil dan tidak pula bersikap boros.
6.
Dilarang
membunuh anak kandung sendiri yang disebabkan karena takut miskin.
7.
Dilarang
membunuh orang lain kecuali ada alasan yang membolehkannya.
8.
Dilarang memakan
harta anak yatim kecuali dengan cara yang dianggap baik dan menyerahkan harta
tersebut kepada mereka menjelang dewasa.
9.
Diperintahkan
agar menyempurnakaan timbangan dan takaran.
10.
Tidak menjadi
saksi palsu, karena pendengaran, penglihatan dan hati sanubari kan dimintakan
pertanggungjawabannya.
11.
Dilarang
bersikap sombong, congkak dan tinggi hati.
Berdasarkan
ayat-ayat tersebut, terlihat dengan jelas bahwa posisi ajaran Islam diantara
agama-agama lain selain mengoreksi dan membenarkan juga melanjutkan sambil
memberikan makna-makna baru dan tambahan-tambahan yang sesuai dengan kebutuhan
zaman.
BAB
III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, terlihat dengan jelas
bahwa posisi Islam di antara agama-agama lain tampak bersifat adil, objektif
dan proporsional. Dengan sifatnya yang adil ajaran Islam mengakui eksistensi
dan peran yang dimainkan agama-agama yang pernah ada di dunia. Sebagai yang
bersifat objektif, ajaran islam memberikan penilaian apa adanya terhadap
agama-agama lain. Agama lain yang membenarkan akan dibenarkan oleh Islam, dan
apabila agama lain menyesatkan maka akan diperbaiki oleh ajaran Islam. Dan
terhadap ajaran agama yang tidak seimbang dalam memberikan perhatian, diberikan
perhatian yang proporsional. Dengan pandangan yang demikian itu, Islam bukanlah
agama yang eksklusif akan tetapi Islam tidak mau berkompromi dan berdialog
dengan agama lain, melainkan agama yang terbuka, rasional, objektif dan
demokratis. Islam adalah untuk orang-orang yang dapat menggunakan pemikirannya.
Dengan sifatnya yang demikian itu, maka Islam telah tampil sebagai penyempurna,
korektor, pembenar dan sekaligus sebagai pembaru.
Posisi
Islam yang demikian itu membawa penganut Islam sebagai umat yang ideal, menjadi
pemersatu dan perekat di antara agama-agama yang ada di dunia.
Namun
demikian, diketahui bahwa di antara agama-agama tersebut terdapat segi-segi
perbedaan yang secara spesifik dimiliki oleh masing-masing. Segi-segi perbedaan
yang spesifik tersebut terdapat pada ajaran yang bersifat teologis-normatif.
Yaitu ajaran yang diyakini benar, tanpa memerlukan dalil-dalil yang harus
memperkuatnya. Ajaran tersebut dianggap sebagai yang ideal dan harus
dilaksanakan. Ajaran-ajaran yang demikian itu berkaitan dengan keyakinan
(teologis) dan ritualistik yakni peribadatan. Terhadap ajaran-ajaran yang
demikian itu, masing-masing agama dianjurkan untuk saling menghargai dan
menghormati.
surat yang anda tulis di sit tidaj\k sesuia dengan yang say baca di QUran. saya meragukan karangan ini !
BalasHapusSurat yang mana yg anda maksud
BalasHapusTidak jelas dengan surah apa yang anda maksudkan
BalasHapus